Off-press.org – Pemerintahan Indonesia sudah resmi menghapus data angka kasus kematian Covid-19. Tentu saja hal ini langsung menjadi pertanyaan besar oleh publik. Menanggapi hal tersebut, Luhut Binsar Pandjaitan, selaku Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, mengatakan bahwasanya penghapusan angka kematian dengan sengaja dilakukan karena adanya beberapa masalah terhadap input data kasus Covid-19 di Indonesia. Adapun faktor utama yang menyebabkan data tersebut mengalami kesalahan, adalah karena akumulasi dari minggu sebelumnya sudah melonjak tinggi.
Menurut Luhut, permasalahan input data tersebut secara tidak langsung akan berdampak atas kehadiran distorsi dalam penilaian level situasi Covid-19 di suatu daerah. Melansir dari sumber Kompas.com, pada Selasa, 10 Agustus 2021, mengatakan dengan dikeluarkannya angka kematian yang tepat berdasarkan data dari indikator penanganan Covid-19 karena ada masalah serius terhadap pendataan, terdapat 26 kota dan juga level PPKM Darurat menjadi menurun ke satu level, dari 4 level ke 3 level. “Dalam penerapan PPKM Darurat level 4 dan 3 yang sudah diberlangsungkan sejak 10 hingga 16 Agustus 2021 nanti, terdapat 26 kota atau kabupaten yang turun dari level 4 hingga ke level 3. Hal ini tentunya sudah menunjukkan langsung perbaikan kondisi di lapangan yang semakin signifikan,” ujar Luhut.
“Tentunya hasil dari evaluasi tersebut kami lakukan untuk menunjukkan data yang benar berdasarkan indikator kematian terhadap penilaian kami secara langsung. Hal ini dikarenakan sudah ditemukan sebuah masalah serius terhadap input data, yang mana input data tersebut merupakan akumulasi angka kematian selama beberapa minggu kebelakang. Sehingga distorsi tidak bisa dihindari terhadap penilaian kami,” lanjutnya. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi dan masalah serius apa yang menyebabkan angka kematian harus dihilangkan? Dibawah ini adalah penjelasan lengkapnya.
Menghilangkan dan Menghapus Angka Kasus Kematian Covid-19 Adalah Keputusan Salah
Keputusan yang diambil oleh pemerintahan Indonesia terhadap menghapus data angka kematian berdasarkan hasil dari indikator penanganan Covid-19 adalah keputusan salah. Melansir dari sumber Kompas.com, pada Rabu, 11 Agustus 2021, Dicky Budiman, selaku epidemiology Griffith University Australia, mengatakan bahwasanya kebijakan tersebut tidak hanya menyebabkan kekeliruan terhadap publik, melainkan juga bisa berdampak bahaya untuk negara Indonesia.
Implikasi berbahaya ini tentunya akan berdampak langsung terhadap upaya penanganan pandemi Covid-19 yang semakin serius dan mengkhawatirkan di Tanah Air. “Selain salah, tentunya keputusan tersebut akan menimbulkan dampak berbahaya. Ini karena indikator kematian menjadi indikator kunci dari adanya suatu wabah yang sedang menyerang suatu negara demi performa intervensi di hulu, tapi ada juga yang menilai bahwa derajat keparahan suatu wabah bisa dilihat dari angka kematian,” kata Dicky.
Mengapa Angka Kematian Sangat Penting?
Menurut Dicky, penilaian angka kematian sudah menempati peran terpenting terhadap strategi pengendalian pandemi. Hal ini dikarenakan data tersebut secara tidak langsung menunjukkan kualitas intervensi yang sudah dilakukan sedemikian rupa di Indonesia, yakni testing, tracing, dan juga karantina. “Itu, intervensi yang sudah dilakukan di hulu kan kejelasannya juga belum memadai, jangankan berbicara tentang keoptimalan,” ujar Dicky, yang kami lansir dari sumber Kompas.com, pada Rabu, 11 Agustus 2021.
Tidak berhenti disitu saja, Dicky pun turut berbicara bahwasanya angka kematian juga sebagai bentuk kegagalan upaya pemerintahan Indonesia terhadap memutus rantai penularan Covid-19, yang dengan artian lain kasus infeksi sudah berhasil lolos dari negara Indonesia. “Kasus infeksi yang lolos ini secara tidak langsung menunjukkan kasus orang yang memiliki risiko besar, dimana orang ini punya komorbid didalam dirinya, atau bisa juga faktor risiko lain. Ini tentunya tidak bisa terdeteksi lebih dini dan tidak tertolong apabila kasus kematian sudah dihapus. Kemungkinan akan berlanjut, menjadi parah, dan tidak bisa tertangani dengan baik. Itu lah yang menyebabkan angka kematian semakin tinggi,” ujar Dicky.
Dicky turut mengatakan, bahwa kematian juga tidak bisa dilihat hanya dari aspek kesehatan saja, tetapi ada banyak faktor diluaran sana yang berkontribusi dan berkaitan atas kasus kematian di Indonesia. “Makannya kematian itu kan menjadi indikator paling penting terhadap keparahan dan seburuk apa pandemi di suatu negara karena kasus kematian ini bisa berfungsi sebagai akumulasi atau output dari segala macam sektor,” ujarnya. Dicky pun turut menyayangkan kebijakan pemerintahan Indonesia yang menghapus angka kasus kematian Covid-19 tanpa banyak pertimbangan.