off-press.org – Pemilu di Filipina telah di mulai dan hal ini untuk mengganti rezim Presiden Rodrigo Duterte. Mereka bersemarak melakukan pemilihan umum itu, kemudian tidak lama hal ini diwarnai dengan insiden mengerikan mulai dari adanya ledakan granat sampai baku tembak yang terjadi beberapa saat setelah melangsungkan pemilu. Ada sepuluh kandidat yang bersaing untuk gantikan Presiden sebelumnya, dalam pemilihan yang dilihat banyak orang yakni sebagai momen yang buat atau hancurkan demokrasi di Filipina karena sudah rapuh. Betul! Negara ini sudah mulai rapuh soal demokrasinya.
Tetapi memang hanya putra mantan diktator, Ferdinand Marcos Jr dan saingannya yakni Leni Robredo tetapi wakil presidennya merupakan pertahanan yang ikuti perhelatan pemilu di negara tersebut. Ketiganya ini memiliki peluang besar untuk bisa menang. Sebelum fajar, para pemilih bermasker dan bentuk antrian yang panjang kemudian berikan suara mereka di 70 ribu lebih TPS di seluruh Filipina. Kemudian beberapa jam sebelum pemilu dimulai, sebuah granat telah dikabarkan mendarat dan meledak di wilayah bergolak bagian Selatan.
9 orang jumlahnya terluka diakibatkan ledakan 5 granat. Serangan ini telah dilaporkan karena terjadi pada Minggu malam di Kotamadya Datu Unsay di Pulau Mindano, Basis bagi berbagai kelompokan bersenjata. Hal ini dimulai dari adanya pemberontakan komunis dan ada juga militan Islam. Tidak disangka hanya berjangka beberapa menit saja, sebuah granat kembali meledak di Kota Tetangga yakni Shariff Aguak namun tidak adanya korban jiwa dan kedua kota itu letaknya di Provinsi Maguindanao.
Ledakan Granat dan Baku Tembak Mewarnai Pemilu di Filipina Sejak Lama
Polisi telah mengatakan kalau para korban sudah berjalan dari desa pegunungan terpencil dimana mereka ini berikan suara mereka di Balai kota saat TPS sudah dibuka di pukul 6 pagi pada senin seluruh Filipina. “Adalah kebiasaan mereka untuk turun lebih awal dari desa mereka, yang terletak delapan sampai 12 jam berjalan kaki,” kata juru bicara kepolisian provinsi tersebut seperti yang dilansir oleh sumber berita detikcom.
Insiden yang mengerikan di saat menggelarkan pemilu di Filipina selatan yakni terjadi setelah melakukan pemilihan umum dengan ledakan 5 granat. Tiga petugas keamanan pun dilaporkan tewas mengenaskan dan ada juga orang bersenjata yang melepaskan senapan di tempat pemungutan suara lokasi tersebut. Serangan maut ini terjadi dengan jutaan warga Filipina yang berikan suara dalam pemilihan umum nasional.
Dinyatakan kalau basis bagi berbagai kelompok bersenjata ini dari pemberontak komunis dan militan islam. Mantan Walikota Ibrahim Mangudadatu telah berikan penjelasan kalau orang di dalam sekolah yang digunakan sebagai TPS berlarian mencari sebuah perlindungan saat penembakan dimulai saat itu. Juru bicara kepolisian Provinsi Maguindanao Mayor Roldan Kantong pun telah berikan penjelasan satu penjaga keamanan lainnya hanya mengalami luka-luka didalam serangan baku tembak itu.
Penembakan ini terjadi setelah ledakan granat diketahui sudah meledak di luar sebuah TPS Kotamadya Datu Unsay Minggu Malam. Diketahui juga ada sembilan orang yang terluka sebagai totol korban penembakan dan ledakan granat yang terjadi. Putra Mantan Diktator Filipina unggul di perhitungan sementara Pemilu di Negara Filipina. Perhitungan awal ini jauh sekali dari pesaingnya dalam pemilihan presiden. 90 persennya telah terhitung dan telah dapatkan hampir 30 juta suara, dimana suara ini dua kali lipat dari jumlah kandidat liberal Leni Robredo.
Jutaan orang di Filipina memadati TPS dan pemilih presiden baru, ternyata Ferdinand Marcos telah difavoritkan untuk memenangkan pemilu ini. Polisi berikan penjelasan kalau korban granat telah berjalan dari desa pegunungan terpencil dan mereka pun hanya untuk berikan suara mereka di Balai. Bahkan sebelumnya di tahun 2009, Maguindanao merupakan tempat kejadian kekerasan politik yang paling mematikan di negara tersebut. Ada 58 orang telah dibantai oleh orang yang bersenjata dan diduga bekerja untuk panglima perang lokal yang menyerang orang dalam hentikan saingan mengajukan pencalonannya. Pemilu di Filipina memang sangat mengerikan apalagi setiap pemilihan suara selalu ada saja kelompok yang merapuhkan demokrasi di negara tersebut.