off-press.org – Pada hari Rabu, 22 Desember 2021 kemarin kali pertama selama masa pandemi virus corona berlangsung, COVID-9 di Inggris pecah rekor. Pasalnya hanya dalam satu hari saja menginjak angka 100 ribu. Sebanyak 106.122 kasus terjangkitnya virus corona pada satu hari dilaporkan oleh regulator kesehatan Inggris. Diketahui, bahwa Inggris memang tengah mengalami peningkatan COVID-19. Apalagi setelah virus corona varian terbaru Omicron telah terdeteksi di Inggris.
Di tengah-tengah peningkatan kasus virus corona, Inggris sendiri kembali mendorong masyarakatnya untuk melakukan suntik vaksinasi. Penggunaan suntik vaksinasi Pfizer baru saja diizinkan diberikan dengan dosis lebih rendah buat anak-anak yang berusia 5-11 tahun oleh MHRA (Badan Regulator Obat-obatan dan Layanan Kesehatan Inggris). Sementara itu, Inggris menjadi salah satu negara pertama memberikan pengizinan pemakaian pil COVID-19 untuk produksi Pfizer.
Izin ini sendiri dikeluarkan oleh Regulator setelah melakukan uji klinis menunjukkan pil Paxlovid 90 persen efektif mampu mengurangi dampak rawat inap dan juga meninggal dunia. Walaupun seperti itu, pemerintah di Inggris sendiri masih terus-menerus mendapatkan kritikan sebab Perdana Menteri Bos Johnson hingga saat ini masih melonggarkan aturan pencegahan virus corona COVID-19 dalam menjelang liburan hari natal.
Kini, kasus COVID-9 di Inggris pecah rekor yang menembus 100 ribu dalam satu hari. Johnson sendiri menyatakan kalau varian virus corona terbaru, Omicron saat ini mendominasi kasus COVID-19 yang ada di Inggris tidak lebih ganas dibandingkan varian sebelumnya, Delta. Inggris juga masih memberikan izin kepada para penduduknya untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti melakukan acara selama hari Natal berlangsung. Sedangkan di Wales, penduduknya masih bisa bersosialisasi di klub-klub malam.
Tak cuma klub-klub malam saja, melainkan di restoran, hingga bioskop meskipun sebagiannya dibatasi cuma enam orang saja. Kebijakan inilah, sama halnya seperti di negara Irlandia Utara menerapkan kebijakan-kebijakan yang sama. Tapi, hanya klub-klub malam saja yang wajib ditutup pada jam 20.00 waktu Irlandia Utara. Dengan aturan penduduknya wajib membatasi interaksi terhadap orang-orang yang tidak tinggal satu rumah.
Diketahui, bahwa penyebaran cepat dari varian Omicron sudah mendorong peningkatan kasus dengan waktu tujuh hari terakhir. Total menginjak 643.219 atau lebih tepatnya 59 persen sesuai data dari pemerintah. Banyak industri yang berjuang terhadap kekurangan staf dikarenakan pekerja sakit mengasingkan diri, dan di rumah sakit sudah diberikan peringatan bahwa adanya risiko dampak keselamatan pada pasiennya.
Pemerintah dari Inggris menyatakan kalau di hari Rabu, 22 Desember 2021 kemarin mereka mengunjungi periode isolasi diri COVID-19 menjadi tujuh hari dari adanya 10 hari bagi orang-orang yang ada di Inggris mengantongi hasil negatif untuk tes aliran lateral selama dua hari berturut-turut. Perdana Menteri Boris Johnson, Selasa 21 Desember 2021 kemarin menyatakan kalau ketidakpastian terkait tingkat keparahan virus terbaru, Omicron dan juga tingkat rawat inap dengan adanya pembatasan baru sebelum hari Natal.
Total pasien terjangkit COVID-19 di rumah sakit sebesar 8.008, meningkat sedikit di tujuh hari terakhir yang masih jauh dibawah level lebih jauh dari 38.000 di bulan Januari. Sementara itu, diketahui bahwa Inggris sendiri sudah membeli 4,25 juta pil virus corona COVID-19 sebagai bagian dari usaha meredam peningkatan kasus virus corona di tengah-tengah varian terbaru, Omicron.
Dimana, pemerintah Inggris memberikan pengumuman kalau mereka sudah menandatangani kesepakatan dalam membeli 4,25 juta obat antiviral ritonavir dari Pfizer dan juga molnupiravir produksi Merck/MSD. Kalau regulator Inggris setuju, maka obat-obatan itulah mampu tersedia untuk penduduknya di awal 2022 mendatang. Menurut pemerintah, obat itulah akan disuguhkan untuk penduduk yang mempunyai wilayah risiko paling tinggi seperti halnya pengidap kanker.
Akan tetapi, molnupiravir sendiri masih dalam uji proses nasional yang dilakukan di Universitas Oxford. Warganya mampu mengikuti penelitian apabila mempunyai gejala. Dimana, nantinya obat tersebut dijual dengan nama Lagevrio. Dan belum disetujui juga oleh negara-negara lainnya. Inggris membeli pil satu ini saat sedang mengalami peningkatan kasus. Seperti saat ini, kasus COVID-9 di Inggris pecah rekor hingga 100 ribu dalam satu hari.