Off-press.org – Kabar terbaru, Inggris dan Amerika Serikat saat ini mulai dikhawatirkan terkait dengan peningkatan COVID-19 varian Delta. Hal itu bisa dilihat dengan Inggris yang telah mencapai hingga 70 ribu lebih kasus terhadap varian Delta. Di Inggris 90 persen lebih kasus aktif virus corona COVID-19 ini merupakan varian dari Delta sehingga bisa mengakibatkan peningkatan penularan secara signifikan di negara itu. Pada hari Kamis 17 Juni 2021 kemarin pertama kalinya empat bulan Inggris mencatat 11.007 kasus terbaru selama 24 jam terakhirnya. Pakar dari Badan Kesehatan Dunia / WHO menyampaikan kalau varian virus corona Delta kekinian akan menjadi jenis yang mendominan pada pandemi global yang tengah berlangsung sejak tahun lalu 2020 silam.
Untuk itu mutasi varian yang pertama kalinya ditemukan di negara India ini sudah menjadi dominasi penularannya di sejumlah negara Eropa sampai Asia pada beberapa waktu terakhir ini. Di Benua Amerika, kekhawatiran terhadap penyebaran varian covid-19 juga mencuat. Salah satunya di negara Amerika Serikat, dimana Pusat Kontrol dan Penyebaran Penyakit AS (CDC) sebanyak enam persen dari total kasus COVID-19 aktif di negara Paman Sam yang merupakan varian Delta. Dilansir dari The Guardian terkait dengan peningkatan COVID-19 varian Delta di Inggris bisa mencapai 75.953. Menurut data PHE (Public Health England) sesuai dengan sekuensing semua genom (WSG) 99 persennya kasus virus corona COVID-19 di negara pimpinan Boris Johnson ini melibatkan varian Delta.
“Ini meningkat, mungkin kami mampu sedikit optimis itu enggak akan meningkat lebih cepat,” tandas Addam Finn dilansir dari CNNIndonesia.com. “Namun bagaimanapun meningkat jadi gelombang ketiga ini pasti tengah berlangsung,” tandas Komite Gabungan buat Vaksinasi serta Imunisasi (JVCI) Addam Finn dilansir dari CNNIndonesia.com. Inggris juga harus memvaksinasi warganya dengan cepat buat mencegah peningkatan kasus dan kematian.
“Kami bisa menyimpulkan kalau perlombaan terhadap program vaksin,” sambung Addam Finn dilansir dari CNNIndonesia.com. “Terutama buat memperoleh dosis kedua orang tua dilakukan, serta gelombang ketiga varian Delta,” Komite Gabungan buat Vaksinasi serta Imunisasi (JVCI) Addam Finn dilansir dari CNNIndonesia.com. Namun untungnya menurut penelitian dari PHE dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech diklaim 88 persen aktif terhadap penyakit simtomatik varian Delta. Sementara itu di Amerika Serikat sendiri sejumlah pakar kesehatan mulai khawatir terhadap varian yang pertama kalinya teridentifikasi di India. “(Varian Delta) ini merupakan paling mular dari seluruh varian yang sempat kita lihat,” ungkap Dekan Sekolah Nasional Kedokteran, Peter Hotez dilansir dari CNNIndonesia.com.
“Kita melihat apa yang sudah terjadi di Inggris, dimana itu kejadian di seluruh negara,” sambung Peter Hotez dilansir dari CNNIndonesia.com terkait dengan varian Delta. “Maka saya khawatir itu bisa terjadi di Amerika Serikat,” lanjut Peter Hotez dilansir dari CNNIndonesia.com. Seperti diketahui bahwa dua pekan sebelum tanggal 5 Juni 2021 silam, CDC memperkirakan 10 persen kasus infeksi virus corona COVID-19 di Amerika Serikat adalah varian Delta. Saat ini menurut para pakar, termasuk Anthony Fauci varian tersebut telah menyumbang seperlima dari adanya kasus di Negeri Paman Sam.
“Pada saat beberapa hari lalu 20,6 persen dari (pasien) isolasi merupakan varian Delta,” ungkap Anthony Fauci dilansir dari CNNIndonesia.com. Menurut Anthony Fauci dimana, angka itu mulai bertambah setiap dua minggunya. Dengan dihadapkan varian lebih menular lagi, ahli epidemiologi Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Justin Lessler memperkirakan peningkatan terjadi pada akhir musim panas atau tepatnya bulan September dan bisa saja di awal musim gugur. Lesler bekerja sama dengan belasan institusi lainnya yang ada di Pusat Pemodelan Skenario COVID-19 buat meramalkan pandemi dimasa depan nanti.
“Kami enggak bisa membiarkan (dominasi penularan COVID-19 varian delta) terjadi di Amerika Serikat,” tandas Fauci dilansir dari NPR pada hari Senin 21 Juni 2021 kemarin. Berbicara pada saat jumpa pers di Gedung Putih terkait dengan kasus peningkatan COVID-19 varian Delta, Fauci sendiri memperingatkan kalau varian delta corona bisa menjadi penularan jauh lebih parah dan untuk itu risiko rawat inap yang ada di rumah sakit juga bisa menjadi jauh lebih meningkat lagi.